Friday, 26 August 2016

Pentingnya Pendidikan Kebudayaan Guna Keselarasan Generasi Mendatang




Perkenalkan nama saya Alvinas, berasal dari daerah kecil, tempat dimana saya lahir, yaitu sebuah kota kabupaten yang orang sering menyebutnya kota pinggiran Kota Solo. Belakangan ini, Kota Solo menjadi sorotan masyarakat luas. Terpilihnya sosok presiden RI ke-7 yang pada awalnya berasal dari jabatan Walikota Surakarta (Solo), yang kemudian terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta, menjadikan Kota Solo makin terkenal. Apalagi dengan cara  ‘blusukkannya’ yang banyak menarik masyarakat, menjadikan Kota Solo makin bersinar.

Kali ini saya tidak akan membahas mengenai biodata saya maupun biodata pak presiden, melainkan mengenai budaya orang-orang di sekitar keraton (Yogyakarta-Surakarta). Ya, mungkin ketika orang-orang bepergian ke Jogja maupun Solo, mereka akan menemui sebuah bangunan yang sangat fenomenal bagi turis domestik maupun mancanegara.
Banyak orang luar negeri yang jauh-jauh ke kota kami hanya untuk belajar budaya kami. Tidak sedikit dari mereka berbondong-bondong ke keraton, khususnya Keraton Solo untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang sejarah dan budaya-budaya kami. Keraton Solo adalah sebuah kerajaan islam yang didirikan olek Paku Buwono II pada tahun 1745 Masehi. Ketika berdirinya Negara RI ini, Kota Solo pernah menjadi sebuah daerah istimewa seperti Yogyakarta, yang bernama Daerah Istimewa Surakarta (DIS), setara dengan sebuah provinsi. Namun, hal itu hanya bertahan 10 bulan. Karena adanya gerakan antimonarki, sampai sekarang Surakarta bertransformasi menjadi Karesidenan Surakarta.
 Di daerah Surakarta, kebudayaan masih erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, tak terkecuali dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang dulunya berasal dari keraton, sekarang menjalar ke masyarakat sekitar keraton, bahkan ke masyarakat luas. Sehingga orang luarpun tak canggung pergi ke Indonesia, khususnya ke Surakarta untuk belajar budaya jawa yang menurut mereka dan kebanyakan orang luar, budaya jawa adalah budaya yang sangat baik, penuh dengan tata krama dengan mengkombinasikan unsur budaya dan agama islam dalam penerapannya.
Banyak orang luar daerah maupun luar negeri yang sangat senang dengan lingkungan masyarakat di Surakarta. Ketika berkunjung ke kota kecil ini, mereka akan disuguhi dengan keramah tamahan dan kebijaksanaan yang tampak tersirat dari masyarakat Surakarta. Atmosfer sejuk menjadikan Kota Surakarta nyaman dan asri. Hal tersebut tercipta tentu dari tatanan kebudayaan yang berkembang di Kota Surakarta itu sendiri, yaitu berpedoman pada ajaran Agama Islam, dimana segala aspek kehidupan diatur dan sebuah kebudayaan tercipta.
Dalam budaya jawa terdapat sebuah hubungan yang erat kaitannya dengan lingkungan keraton. Misalnya tata krama, yang merupakan sebuah norma dimana hubungan antar individu maupun antar masyarakat diatur didalamnya. Tata krama bertujuan untuk menanamkan sikap saling menghormati, menghargai, pengertian, paham aturan, dan berlaku sopan. Dalam tata krama jawa mencakup hubungan manusia dengan Tuhan dan tentu juga manusia dengan manusia. Untuk hubungan manusia dengan manusia pun masih terbagi lagi menjadi banyak macam. Misalnya saja dalam berbahasa, anak dengan orangtua harus menggunakan “krama inggil/halus”. Anak dengan orang yang lebih tua/yang lebih dihormati menggunakan”krama madya (pertengahan)”, dan anak dengan teman sebayanya pun diatur dengan menggunakan bahasa “krama ngoko/biasa”. Semua itu terdapat tingkatannya masing-masing.
Selain tatanan bahasa yang diatur dalam berbagai tingkatan tersebut, masih dikombinasikan lagi dengan gerak/bahasa tubuh sebagai isyarat universal. Setiap krama memiliki cara yang berbeda-beda dalam menjalankan interaksinya, baik dari segi bicara, tingkah laku, raut muka, pandangan, maupun cara duduk/berjalan. Hal tersebut tidak jauh dari kebudayaan yang diterapkan di lingkungan keraton yang merambah ke masyarakat sekitar.
Setiap kebudayaan yang terdapat di Jawa memiliki filosofi masing-masing. Sehingga sampai sekarang masih terjaga kelestariannya. Hal  ini tentu tidak lepas dari kuatnya peran masyarakat dalam menguri-uri peninggalan kebudayaan ini.
Namun di era globalisasi ini, masuknya budaya barat yang bisa dikata menyimpang dari budaya timur, menjadikan pergeseran moral, budaya, tingkah laku, bahkan gaya hidup dari masing-masing individu. Tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan era globalisasi ini sangat pesat, dimana setiap detik informasi dapat diakses dari penjuru dunia. Masuknya budaya barat tersebut mempengaruhi sebuah tatanan kehidupan dalam masyarakat. Kini banyak anak-anak yang tak mengenal tata krama ketika bertingkah laku dan berbicara dengan orangtua maupun dengan orang yang lebih tua. Padahal pendidikan berawal dari sebuah keluarga dengan menanamkan budaya disertai nilai agama di dalamnya, maka akan menjadikan seorang anak sebagai invidu yang lebih paham dalam menjalankan norma kehidupan dan terhindar dari penyimpangan sosial.
Pendidikan budaya dan budi pekerti tidak sekedar menjadi sebuah teori dalam mata pelajaran di sekolah. Namun diterapkan dalam kehidupan nyata dan membaur dengan setiap aspek kehidupan seorang anak. Budaya sangat erat kaitanya dengan tata norma agama, maka ketika edukasi budaya dan agama diterapkan dalam tatanan kehidupan, akan menghasilkan keselarasan dalam kehidupan sosial dan bermasyarakat.
Dalam setiap unsur budaya, masing-masing memiliki sesuatu hal yang menjadikan bangsa Indonesia ini menjadi kaya. Setiap norma kehidupan yang telah diterapkan dalam budaya dan ketika pendidikan budaya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, maka akan tercipta sebuah keselarasan dalam kehidupan, tanpa ada perpecahan, kekerasan, maupun tindakan yang menyimpang dari norma sosial. Setiap daerah  tetap harus mempertahankan budayanya masing-masing. Saling meghormati, bersatu dalam kebudayaan walaupun berbeda agama, bersatu walaupun berbeda budaya, karena kita semua sama, untuk Indonesia.

“Jika kamu ingin mengenal dirimu maka belajarlah dari Agama dan budayamu “- Alvinas Deva

“Jangan malu, banggalah terhadap budayamu. Ini budayamu, inilah seharusnya dirimu”- Wiji andriani

Artikel ini diikutsertakan pada Kompetisi Menulis Blog Inovasi Daerahku -https://www.goodnewsfromindonesia.id/competition/inovasidaerahku

No comments:

Post a Comment