Kota
besar merupakan kawasan pemukiman yang dipadati oleh penduduk. Karena banyaknya
penduduk kota besar identik dengan polusi, baik polusi udara, tanah, maupun
air. Bahkan untuk mendapatkan udara segarpun sangatlah susah.
Maka dari itu, untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan konsep urban farming. Salain untuk mengurangi polusi urban farming juga dapat menghasilkan bahan pangan dan menambah pendapatan.
Maka dari itu, untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan konsep urban farming. Salain untuk mengurangi polusi urban farming juga dapat menghasilkan bahan pangan dan menambah pendapatan.
Urban farming
merupakan konsep pertanian di dalam atau di sekitar kota yang melibatkan
ketrampilan, keahlian, dan inovasi daerah dalam budidaya dan pengolahan makanan.
Dorongan utama aktivitas ini sebagai upaya untuk mendapatkan udara yang segar,
memberikan kontribusi pada ketahanan pangan dan menambah penghasilan
masyarakat. Selain itu, urban farming juga
dapat dijadikan sebagai sarana rekreasi dan hobi. Manfaat lain dari urban farming, yaitu:
1.
Memberikan
kontribusi penyelamatan lingkungan dengan pengelolaan sampah reuse dan recyle.
2.
Membantu menciptakan
kota yang bersih dengan pelaksanaan 3R (reuse,
reduce, recycle) untuk pengelolaan sampah kota.
3.
Meningkatkan
estetika kota.
4.
Mengurangi biaya
dengan penghematan biaya transportasi dan pengemasan.
Ada beberapa
model untuk urban farming, antara lain
pemanfaatan lahan tidur dan lahan kritis, pemanfaatan ruang terbuka hijau
(privat dan publik), pengoptimalan kebun sekitar rumah, penggunaan ruangan.
Penggunaan ruangan ini dapat dimanfaatkan untuk menanam tanaman dengan sistem
tanam secara vertikultur.
Menurut
Desiliyarni dkk (2003), vertikultur merupakan budi daya tanaman secara vertikal
sehingga penanamannya dilakukan dengan menggunakan sistem bertingkat. Vertikultur
dapat diterapkan dengan cara membuat rak tanaman secara bertingkat dan diatur
sedemikian rupa sehingga tanaman tidak saling menutupi. Sistem pengelolaan
airnya pun secara sederhana dapat diterapkan dengan menggunakan sistem
penyiraman antar-pot. Penanaman dengan sistem tanam secara vertikultur dapat
dijadikan alternatif bagi masyarakat yang tinggal di kota dan memiliki lahan
sempit atau bahkan tidak ada lahan yang tersisa untuk budidaya tanaman. Dalam
sistem tanam scara vertikultur ini, lahan sempit tetap dapat di pergunakan
untuk bercocok tanam.
Sistem
tanam secara vertikultur memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya ditinjau dari segi teknis maupun ekonomis. Sedangkan kekurangannya
yaitu struktur awalnya membutuhkan investasi yang cukup besar dan sistem tanam
vertikultur ini rawan dari serangan penyakit. Kekurangan yang disebabkan oleh
rawannya serangan penyakit tersebut dapat diatasi dengan teknik budi daya
tepat. Sementara itu, kebutuhan investasi yang cukup besar terletak dalam
pembangunan struktur rumah plastik. Namun, sistem vertikultur ini dapat
dimodifikasi untuk keperluan skala rumah tangga, sehingga biayanya pun dapat
disesuaikan. Sebagai contoh, dengan menempatkan di teras, menempel di tembok
atau digantung dengan botol bekas atau paralon sebagai media tanamnya, serta
dapat pula ditempatkan di pekarangan yang kondisinya sesuai dengan pertumbuhan
tanaman. Sehingga, hal tersebut tidak memerlukan struktur rumah plastik.
Sebagian
besar sistem tanam secara vertikultur dimanfaatkan di rumah-rumah. Maka dari
itu, pengendalian hama penyakitnya harus dilakukan secara aman dan tidak
membahayakan bagi penghuninya. Pengendalian hama penyakit secara terpadu dapat
dimanfaatkan sebagai alternatif, yaitu menggunakan pestisida alami, sterilisasi
media tanam, pengelolaan air dan sistem drainase
yang tepat, serta menjaga kelembapan di sekitar tanaman.
Jenis-jenis
tanaman yang dapat dibudidayakan dengan sistem tanam vertikultur pada dasarnya
tidak terbatas. Namun, jenis-jenis tanaman tersebut biasanya memiliki
ciri-ciri, antara lain tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi, berumur
pendek atau tanaman semusim khususnya sayuran, dan memiliki sistem perakaran
yang tidak terlalu luas. Jenis tanaman sayuran dan buah-buahan yang dapat
ditanam dengan cara vertikultur, antara lain bayam, daun gingseng, selada,
kemangi, seledri, cabai, tomat, dan stroberi.
Salah
satu kota yang sudah menerapkan Urban farming salah satunya adalah Surabaya.Mengingat
lahan pertanian di kota metropolitan semakin hilang Dinas Pertanian mengembangkan budidaya Urban farming salah
satunya dengan mengerahkan sebanyak 6000 warga untuk memanfaatkan lahan
sempitnya menjadi asset pertanian.Hal tersebut dapat menjadi contoh perkotaan
lainya guna meningkatkan kualitas kehidupan di kota guna menuju Indonesia yang
lebih baik.
Artikel ini diikutsertakan pada Kompetisi Menulis Blog Inovasi Daerahku -https://www.goodnewsfromindonesia.id/competition/inovasidaerahku
Source:
Desiliyarni,
Temmy., Yuni Astuti., Farida Fauzy., dan Joesi Endah. 2003. Vertikultur, Teknik Bertanam di Lahan Sempit.
Jakarta: AgroMedia Pustaka.
http://beritajatim.com/politik_pemerintahan/205166/dinas_pertanian_kota_surabaya_kembangkan_urban_farming.html
No comments:
Post a Comment