Thursday, 25 August 2016

Konsep Urban Farming dengan Sistem Tanam Vertikultur Guna membangun Daerah Metropolitan



Kota besar merupakan kawasan pemukiman yang dipadati oleh penduduk. Karena banyaknya penduduk kota besar identik dengan polusi, baik polusi udara, tanah, maupun air. Bahkan untuk mendapatkan udara segarpun sangatlah susah.
Maka dari itu, untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan konsep urban farming. Salain untuk mengurangi polusi urban farming juga dapat menghasilkan bahan pangan dan menambah pendapatan.
Urban farming merupakan konsep pertanian di dalam atau di sekitar kota yang melibatkan ketrampilan, keahlian, dan inovasi daerah dalam budidaya dan pengolahan makanan. Dorongan utama aktivitas ini sebagai upaya untuk mendapatkan udara yang segar, memberikan kontribusi pada ketahanan pangan dan menambah penghasilan masyarakat. Selain itu, urban farming juga dapat dijadikan sebagai sarana rekreasi dan hobi. Manfaat lain dari urban farming, yaitu:
1.    Memberikan kontribusi penyelamatan lingkungan dengan pengelolaan sampah reuse dan recyle.
2.    Membantu menciptakan kota yang bersih dengan pelaksanaan 3R (reuse, reduce, recycle) untuk pengelolaan sampah kota.
3.    Meningkatkan estetika kota.
4.    Mengurangi biaya dengan penghematan biaya transportasi dan pengemasan.
Ada beberapa model untuk urban farming, antara lain pemanfaatan lahan tidur dan lahan kritis, pemanfaatan ruang terbuka hijau (privat dan publik), pengoptimalan kebun sekitar rumah, penggunaan ruangan. Penggunaan ruangan ini dapat dimanfaatkan untuk menanam tanaman dengan sistem tanam secara vertikultur.
Menurut Desiliyarni dkk (2003), vertikultur merupakan budi daya tanaman secara vertikal sehingga penanamannya dilakukan dengan menggunakan sistem bertingkat. Vertikultur dapat diterapkan dengan cara membuat rak tanaman secara bertingkat dan diatur sedemikian rupa sehingga tanaman tidak saling menutupi. Sistem pengelolaan airnya pun secara sederhana dapat diterapkan dengan menggunakan sistem penyiraman antar-pot. Penanaman dengan sistem tanam secara vertikultur dapat dijadikan alternatif bagi masyarakat yang tinggal di kota dan memiliki lahan sempit atau bahkan tidak ada lahan yang tersisa untuk budidaya tanaman. Dalam sistem tanam scara vertikultur ini, lahan sempit tetap dapat di pergunakan untuk bercocok tanam.
Sistem tanam secara vertikultur memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya ditinjau dari segi teknis maupun ekonomis. Sedangkan kekurangannya yaitu struktur awalnya membutuhkan investasi yang cukup besar dan sistem tanam vertikultur ini rawan dari serangan penyakit. Kekurangan yang disebabkan oleh rawannya serangan penyakit tersebut dapat diatasi dengan teknik budi daya tepat. Sementara itu, kebutuhan investasi yang cukup besar terletak dalam pembangunan struktur rumah plastik. Namun, sistem vertikultur ini dapat dimodifikasi untuk keperluan skala rumah tangga, sehingga biayanya pun dapat disesuaikan. Sebagai contoh, dengan menempatkan di teras, menempel di tembok atau digantung dengan botol bekas atau paralon sebagai media tanamnya, serta dapat pula ditempatkan di pekarangan yang kondisinya sesuai dengan pertumbuhan tanaman. Sehingga, hal tersebut tidak memerlukan struktur rumah plastik.
Sebagian besar sistem tanam secara vertikultur dimanfaatkan di rumah-rumah. Maka dari itu, pengendalian hama penyakitnya harus dilakukan secara aman dan tidak membahayakan bagi penghuninya. Pengendalian hama penyakit secara terpadu dapat dimanfaatkan sebagai alternatif, yaitu menggunakan pestisida alami, sterilisasi media tanam, pengelolaan air dan sistem drainase yang tepat, serta menjaga kelembapan di sekitar tanaman. 
Jenis-jenis tanaman yang dapat dibudidayakan dengan sistem tanam vertikultur pada dasarnya tidak terbatas. Namun, jenis-jenis tanaman tersebut biasanya memiliki ciri-ciri, antara lain tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi, berumur pendek atau tanaman semusim khususnya sayuran, dan memiliki sistem perakaran yang tidak terlalu luas. Jenis tanaman sayuran dan buah-buahan yang dapat ditanam dengan cara vertikultur, antara lain bayam, daun gingseng, selada, kemangi, seledri, cabai, tomat, dan stroberi.
Salah satu kota yang sudah menerapkan Urban farming salah satunya adalah Surabaya.Mengingat lahan pertanian di kota metropolitan semakin hilang Dinas Pertanian  mengembangkan budidaya Urban farming salah satunya dengan mengerahkan sebanyak 6000 warga untuk memanfaatkan lahan sempitnya menjadi asset pertanian.Hal tersebut dapat menjadi contoh perkotaan lainya guna meningkatkan kualitas kehidupan di kota guna menuju Indonesia yang lebih baik. 
Artikel ini diikutsertakan pada Kompetisi Menulis Blog Inovasi Daerahku -https://www.goodnewsfromindonesia.id/competition/inovasidaerahku


Source:

Desiliyarni, Temmy., Yuni Astuti., Farida Fauzy., dan Joesi Endah. 2003. Vertikultur, Teknik Bertanam di Lahan Sempit. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

http://beritajatim.com/politik_pemerintahan/205166/dinas_pertanian_kota_surabaya_kembangkan_urban_farming.html

No comments:

Post a Comment